Kebersihan
lingkungan akan sampah memang menjadi prihatin semua pihak termasuk dari
perguruan tinggi satu ini. Universitas Budi Luhur sudah mengembangkan Bank
Sampah sejak 2004 di Universitas tersebut, tetapi baru diresmikan pada 11 April
2017 karena keterbatasan tempat-. Pada awalnya, Bank Sampah dibentuk oleh
Yayasan Chakti Kasih Hanggoro sebagai sarana aktivitas kampus untuk
mengumpulkan sampah. Universitas Budi Luhur terletak di Jalan Ciledug Raya, Petukangan
Utara, Jakarta Selatan.
Cahya Mahasukma
sebagai pembantu bendahara Bank Sampah UBL menjelaskan, dengan berbekal moto
Green and Clean, unit usaha Bank Sampah tidak hanya fokus untuk menjaga
kebersihan lingkungan saja, namun juga mengembangkan bisnis Galeri Daur Ulang,
dimana UBL (Universitas Budi Luhur) menyiapkan Klinik Daur Ulang dan
Pengelolaan Sampah Plastik.
Hasil Karya Bank Sampah UBL. (Emanuel Yose/Cihuy ID) |
Tanggapan masyarakat sangat antusias ketika ditanya mengenai kegiatan Bank Sampah UBL tersebut, begitu pula dengan mahasiswanya sendiri. Ujar Resandi selaku mahasiswa aktivis Bank Sampah yang sekarang sedang menempuh semester 3.
Hasil Karya Bank Sampah UBL. (Emanuel Yose/Cihuy ID) |
Mengapa? Karena di
Bank sampah juga diberi pelatihan cara mendaur ulang sampah agar dapat
digunakan kembali dan semua hasil latihan tersebut, dijual kembali. Artinya
Bank Sampah juga mengeluarkan bisnis pengolahan sampah, dimana sampah yang
dikumpulkan, diproses sedemikian rupa oleh masyarakat dan mahasiswa lalu dijual
kembali. Tentu saja hasil dari proses tersebut dapat terbilang unik dan seni. Berbisnis
dengan Bank Sampah BL dapat menjadi mitra di pengelolaan sampah, mitra dapat
datang setiap hari kamis dan menukarkan sampah langsung dengan uang, dengan
syarat berat minimal 1kg. Umi Tuti Asmawi selaku Pembina, sudah banyak menerima
penghargaan yang berkaitan dengan usahanya dalam melestarikan lingkungan dan
kegiatan Bank Sampah.
Berbisnis dengan Bank Sampah BL dapat
menjadi mitra di pengelolaan sampah, mitra dapat datang setiap hari kamis dan
menukarkan sampah langsung dengan uang, dengan syarat berat minimal 1kg.
Uniknya lagi,
sampah yang di dapat dari Bank Sampah , salah satunya adalah hasil sumbangan
masyarakat sekitar, mereka yang kurang mampu, memberikan sampahnya dengan
imbalan uang. Hitung-hitung sekaligus sedekah. Oleh karena inilah, kepedulian
masyarakat timbul dan mulai gencar menghimbau untuk tidak menggunakan plastic
secara berlebihan dan tidak membuang sampah sembarangan.
Vas bunga dan bunga hasil dari daur ulang. (Emanuel Yose/Cihuy ID) |
Bingkai foto daur ulang. (Emanuel Yose/Cihuy ID) |
Bank Sampah
mempromosikan kegiatan mereka melalui media sosial, selain itu mereka juga
mengikuti berbagai pameran, selain promosi tambahan, itu berguna untuk meningkatkan
kepedulian masyarakat untuk menjaga lingkungan. Bumi sudah terlalu tua dan
sudah terlalu banyak sampah yang tak dapat diurai. Pada pamerannya, mereka
menampilkan lukisan yang terbuat dari kertas dan lumpur yang difermentasikan.
Sayangnya, tidak
semua masyarakat peduli akan hal itu, inilah yang menjadi kendala yang sedang
dihadapi Bank Sampah UBL. Produk olahan Bank Sampah UBL salah satunya adalah
tas. Tas dengan bentuk yang biasa digunakan kaum hawa untuk pergi berbelanja ke
pusat perbelanjaan. Walaupun memiliki design yang unik dengan bungkus indomie,
menurut survey, bahkan mereka tidak tertarik untuk menggunakan produk tersebut
untuk sehari-hari. Selain itu, mereka juga tidak berniat untuk mempelajari cara
membuat produk tersebut.
Saat tim kami
mengunjungi Bank Sampah UBL, kami disambut dengan baik oleh Resnadi. Ia yang
menunjukkan dan menjelaskan barang yang sudah dipajang di toko Bank Sampah.
Barang-barang yang dipajang tersebut adalah lukisan yang sudah terlihat dari
kejauhan saat kami sampai, tas jinjing, dompet, dan figura foto. Resnadi
menjelaskan kalau dompet dijual dengan harga sekitar Rp. 80.000,- tas jinjing
Rp 140.000,-.
Lukisan yang
mereka sebut dengan lukisan fermentasi dapat dijual dengan harga mencapai Rp
300.000,- dan figura foto kecil terbuat dari koran bekas berukuran 5x5cm atau
10x10cm dengan harga Rp 70.000,-
Setelah itu
Resnadi pamit, dilanjutkan dengan Cahya karena menurut Resnadi, Cahya lebih
terbiasa dalam menerima tamu untuk menjelaskan lebih lanjut hal-hal mengenai
Bank Sampah. Ternyata kami bukanlah yang pertama datang, memang Bank Sampah ini
sudah cukup dicari oleh orang-orang.
Hiasan meja daur ulang dari koran. (Emanuel Yose/Cihuy ID) |
Suasana disana sangat asri dan bersih, kami sangat nyaman saat diajak berkeliling sambil dijelaskan banyak hal, kemudian Cahya mempertemukan kami dengan Daus selaku ketua produksi Bank Sampah. Daus mengaku jika ia setiap hari berasa disana untuk memantau produksi dan hasil produksi di gudang, ia juga mengajak kami melihat tempat pengolahan daur ulang.
Daus menjelaskan
proses dan langkah-langkah dalam mendaur ulang sampah, hingga dapat menjadi
macam-macam barang. Kami melihat mesin-mesin yang biasa digunakan, salah
satunya adalah mesin kompos, dari mesin ini dapat menghasilkan kompos cair dan
kering yang nantinya akan diproses lagi untuk menjadi bahan produksi. Kemudian
ada mesin biogas.
Kami berharap
dapat melihat masyarakat yang melakukan anyaman pada saat kunjungan. Sayanya
pada hari tersebut, tidak ada kegiatan produksi, tapi kami berkeliling tempat
yang biasa digunakan untuk melakukan kegiatan tersebut. Merasa kurang puas,
kami pun mencari hal lain untuk diamati. Kebetulan ada pembeli yang datang pada
hari itu untuk membeli tas.
Pelanggan tersebut
adalah mahasiswa Budi Luhur bernama Andre, saat diwawancara ia mengatakan
sedang membeli tas untuk keperluan hari ibu. Saat ditanya mengapa memberikan
daur ulang barang bekas untuk ibu, ia menjawab, kalau itu adalah hal yang unik.
Bukan masalah bekas atau tidak, tetapi dari keunikkan dan seni sehingga barang
tersebut terlihat menarik dan dirasanya cocok untuk diberikan sebagai hadiah
untuk hari ibu.
Kesimpulan yang
kami dapat dari sana adalah, masyarakat kurang antusias dalam gerakan Bank Sampah
ini, memang tidak semua, tapi mayoritas masih kurang peduli terhadap lingkungan.
Dapat dilihat juga kalau masyarakat cenderung untuk membeli dan menggunakan tas
yang terjual di pusat belanja daripada yang menggunakan hasil daur ulang dari
sampah. Bank Sampah akan terus berusaha dalam memberikan pendidikan dan
pemahaman mengenai pentingnya menjaga lingkungan agar bumi dapat ditinggali
dengan nyaman.
Kami juga
melakukan survey melaui media social Instagram, ternyata masyarakat pengguna
social media masih banyak yang berminat membuat barang sampah menjadi barang
bernilai seperti tas
Dan kita melakukan survey apakah warga internet mau memakai tas dari bahan daur ulang ke dalam mall
Pemimpin redaksi : Abdul Qowi Sebastian
Editor : Febrica chiayadi
Editor video : Kevin Handoko
Reporter : Ahmad Resnu
Camera person : Emanuel Yose, Samuel Indra, Magdalena Nathania
Photographer journalist : Rebeca Olivia, Jenifer, Samuel Indra
#umnmojo
Editor : Febrica chiayadi
Editor video : Kevin Handoko
Reporter : Ahmad Resnu
Camera person : Emanuel Yose, Samuel Indra, Magdalena Nathania
Photographer journalist : Rebeca Olivia, Jenifer, Samuel Indra
#umnmojo
No comments:
Post a Comment