Monday, January 8, 2018

MENJAGA KEBERSIHAN BERSAMA BANK SAMPAH BUDI LUHUR

Kebersihan lingkungan akan sampah memang menjadi prihatin semua pihak termasuk dari perguruan tinggi satu ini. Universitas Budi Luhur sudah mengembangkan Bank Sampah sejak 2004 di Universitas tersebut, tetapi baru diresmikan pada 11 April 2017 karena keterbatasan tempat-. Pada awalnya, Bank Sampah dibentuk oleh Yayasan Chakti Kasih Hanggoro sebagai sarana aktivitas kampus untuk mengumpulkan sampah. Universitas Budi Luhur terletak di Jalan Ciledug Raya, Petukangan Utara, Jakarta Selatan.




Cahya Mahasukma sebagai pembantu bendahara Bank Sampah UBL menjelaskan, dengan berbekal moto Green and Clean, unit usaha Bank Sampah tidak hanya fokus untuk menjaga kebersihan lingkungan saja, namun juga mengembangkan bisnis Galeri Daur Ulang, dimana UBL (Universitas Budi Luhur) menyiapkan Klinik Daur Ulang dan Pengelolaan Sampah Plastik.

Hasil Karya Bank Sampah UBL. (Emanuel Yose/Cihuy ID)

Tanggapan masyarakat sangat antusias ketika ditanya mengenai kegiatan Bank Sampah UBL tersebut, begitu pula dengan mahasiswanya sendiri. Ujar Resandi selaku mahasiswa aktivis Bank Sampah yang sekarang sedang menempuh semester 3.

Hasil Karya Bank Sampah UBL. (Emanuel Yose/Cihuy ID)

Mengapa? Karena di Bank sampah juga diberi pelatihan cara mendaur ulang sampah agar dapat digunakan kembali dan semua hasil latihan tersebut, dijual kembali. Artinya Bank Sampah juga mengeluarkan bisnis pengolahan sampah, dimana sampah yang dikumpulkan, diproses sedemikian rupa oleh masyarakat dan mahasiswa lalu dijual kembali. Tentu saja hasil dari proses tersebut dapat terbilang unik dan seni. Berbisnis dengan Bank Sampah BL dapat menjadi mitra di pengelolaan sampah, mitra dapat datang setiap hari kamis dan menukarkan sampah langsung dengan uang, dengan syarat berat minimal 1kg. Umi Tuti Asmawi selaku Pembina, sudah banyak menerima penghargaan yang berkaitan dengan usahanya dalam melestarikan lingkungan dan kegiatan Bank Sampah.

Berbisnis dengan Bank Sampah BL dapat menjadi mitra di pengelolaan sampah, mitra dapat datang setiap hari kamis dan menukarkan sampah langsung dengan uang, dengan syarat berat minimal 1kg.

Uniknya lagi, sampah yang di dapat dari Bank Sampah , salah satunya adalah hasil sumbangan masyarakat sekitar, mereka yang kurang mampu, memberikan sampahnya dengan imbalan uang. Hitung-hitung sekaligus sedekah. Oleh karena inilah, kepedulian masyarakat timbul dan mulai gencar menghimbau untuk tidak menggunakan plastic secara berlebihan dan tidak membuang sampah sembarangan.

Vas bunga dan bunga hasil dari daur ulang. (Emanuel Yose/Cihuy ID) 

Bingkai foto daur ulang. (Emanuel Yose/Cihuy ID)

Bank Sampah mempromosikan kegiatan mereka melalui media sosial, selain itu mereka juga mengikuti berbagai pameran, selain promosi tambahan, itu berguna untuk meningkatkan kepedulian masyarakat untuk menjaga lingkungan. Bumi sudah terlalu tua dan sudah terlalu banyak sampah yang tak dapat diurai. Pada pamerannya, mereka menampilkan lukisan yang terbuat dari kertas dan lumpur yang difermentasikan.

Sayangnya, tidak semua masyarakat peduli akan hal itu, inilah yang menjadi kendala yang sedang dihadapi Bank Sampah UBL. Produk olahan Bank Sampah UBL salah satunya adalah tas. Tas dengan bentuk yang biasa digunakan kaum hawa untuk pergi berbelanja ke pusat perbelanjaan. Walaupun memiliki design yang unik dengan bungkus indomie, menurut survey, bahkan mereka tidak tertarik untuk menggunakan produk tersebut untuk sehari-hari. Selain itu, mereka juga tidak berniat untuk mempelajari cara membuat produk tersebut.

Saat tim kami mengunjungi Bank Sampah UBL, kami disambut dengan baik oleh Resnadi. Ia yang menunjukkan dan menjelaskan barang yang sudah dipajang di toko Bank Sampah. Barang-barang yang dipajang tersebut adalah lukisan yang sudah terlihat dari kejauhan saat kami sampai, tas jinjing, dompet, dan figura foto. Resnadi menjelaskan kalau dompet dijual dengan harga sekitar Rp. 80.000,- tas jinjing Rp 140.000,-.

Lukisan yang mereka sebut dengan lukisan fermentasi dapat dijual dengan harga mencapai Rp 300.000,- dan figura foto kecil terbuat dari koran bekas berukuran 5x5cm atau 10x10cm dengan harga Rp 70.000,-
Setelah itu Resnadi pamit, dilanjutkan dengan Cahya karena menurut Resnadi, Cahya lebih terbiasa dalam menerima tamu untuk menjelaskan lebih lanjut hal-hal mengenai Bank Sampah. Ternyata kami bukanlah yang pertama datang, memang Bank Sampah ini sudah cukup dicari oleh orang-orang.

Hiasan meja daur ulang dari koran. (Emanuel Yose/Cihuy ID)

Suasana disana sangat asri dan bersih, kami sangat nyaman saat diajak berkeliling sambil dijelaskan banyak hal, kemudian Cahya mempertemukan kami dengan Daus selaku ketua produksi Bank Sampah. Daus mengaku jika ia setiap hari berasa disana untuk memantau produksi dan hasil produksi di gudang, ia juga mengajak kami melihat tempat pengolahan daur ulang.

Daus menjelaskan proses dan langkah-langkah dalam mendaur ulang sampah, hingga dapat menjadi macam-macam barang. Kami melihat mesin-mesin yang biasa digunakan, salah satunya adalah mesin kompos, dari mesin ini dapat menghasilkan kompos cair dan kering yang nantinya akan diproses lagi untuk menjadi bahan produksi. Kemudian ada mesin biogas.

Kami berharap dapat melihat masyarakat yang melakukan anyaman pada saat kunjungan. Sayanya pada hari tersebut, tidak ada kegiatan produksi, tapi kami berkeliling tempat yang biasa digunakan untuk melakukan kegiatan tersebut. Merasa kurang puas, kami pun mencari hal lain untuk diamati. Kebetulan ada pembeli yang datang pada hari itu untuk membeli tas.

Pelanggan tersebut adalah mahasiswa Budi Luhur bernama Andre, saat diwawancara ia mengatakan sedang membeli tas untuk keperluan hari ibu. Saat ditanya mengapa memberikan daur ulang barang bekas untuk ibu, ia menjawab, kalau itu adalah hal yang unik. Bukan masalah bekas atau tidak, tetapi dari keunikkan dan seni sehingga barang tersebut terlihat menarik dan dirasanya cocok untuk diberikan sebagai hadiah untuk hari ibu.

Kesimpulan yang kami dapat dari sana adalah, masyarakat kurang antusias dalam gerakan Bank Sampah ini, memang tidak semua, tapi mayoritas masih kurang peduli terhadap lingkungan. Dapat dilihat juga kalau masyarakat cenderung untuk membeli dan menggunakan tas yang terjual di pusat belanja daripada yang menggunakan hasil daur ulang dari sampah. Bank Sampah akan terus berusaha dalam memberikan pendidikan dan pemahaman mengenai pentingnya menjaga lingkungan agar bumi dapat ditinggali dengan nyaman.
Kami juga melakukan survey melaui media social Instagram, ternyata masyarakat pengguna social media masih banyak yang berminat membuat barang sampah menjadi barang bernilai seperti tas

 
 Dan kita melakukan survey apakah warga internet mau memakai tas dari bahan daur ulang ke dalam mall
Pemimpin redaksi : Abdul Qowi Sebastian
Editor : Febrica chiayadi
Editor video : Kevin Handoko
Reporter : Ahmad Resnu
Camera person : Emanuel Yose, Samuel Indra, Magdalena Nathania
Photographer journalist : Rebeca Olivia, Jenifer, Samuel Indra
#umnmojo


MENJAGA KEBERSIHAN BERSAMA BANK SAMPAH BUDI LUHUR

Kebersihan lingkungan akan sampah memang menjadi prihatin semua pihak termasuk dari perguruan tinggi satu ini. Universitas Budi Luhur sudah...